BAHAN
TAMBAHAN PANGAN
DEFINISI
Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP
adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP
dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau
penyimpanan.
Sedangkan
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan,
Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental.
Manfaat BTP
- Mempertahankan konsistensi produk makanan Misalnya : Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai tekstur yang konsisten; contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah
- Memperbaiki atau memelihara nilai gizi. Contohnya adalah: Vitamin dan mineral yang umumnya ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang kekurangan gizi, atau untuk mempertahankan bahkan meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan makanan tsb yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.
- Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara keseluruhan. Contoh : Bahan pengawet mempertahankan mutu produk makanan dari mikrobia yang dapat menyebabkan kerusakan produk, misal berjamur atau busuk.
- Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang diinginkan. Contoh : Bahan pengembang menghasilkan gas karbon dioksida sehingga tekstur biskuit, cake dan produk sejenis lainnya mengembang.
- Memperkuat rasa atau memberikan warna tertentu yang dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap rasa baik buatan maupun alami memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari pewarna kuning buatan (BTP) tartrazine atau kurkumin dari kunyit memberi warna khas pada produk.
Apa yang termasuk BTP ?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
bahwa BTP bukan ingredien khas makanan, dapat mempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi serta sengaja ditambahkan ke dalam pangan olahan
sesuai
dengan tujuannya.
BTP yang
diizinkan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 antara lain :
- Pewarna
- Pemanis buatan
- Pengawet
- Antioksidan
- Antikempal
- Penyedap dan pengawet rasa serta aroma
- Pengatur keasaman
- Pemutih dan pematang tepung
- Pengemulsi
- Pemantap dan pengental
- Pengeras
- Sekuestran (pengikat ion logam)
Selain itu,
masih ada BTP lain yang digunakan dalam makanan contohnya adalah :
- Enzim yaitu BTP dari hewan, tanaman atau mikroba yang dapat menguraikan komponen pangan secara enzimatis
- Penambah gizi yaitu asam amino, mineral dan vitamin.
- Humektan yaitu BTP dapat mengikat uap air agar produk tetap lembab.
Apakah BTP alami lebih aman dari pada BTP buatan ?
BTP seperti lesitin yang dibuat dari bahan alami seperti kedelai dan jagung
digunakan untuk memelihara tekstur produk. Namun demikian, beberapa BTP yang
bermanfaat tidak ditemukan di alam dan harus dibuat oleh manusia. BTP buatan
dapat diproduksi secara efisien, mempunyai kemurnian yang tinggi dan mutunya
konsisten dibandingkan dengan BTP alami. BTP baik yang alami maupun buatan
dapat dibuktikan sama-sama aman jika digunakan secara proporsional dan benar.
Apakah BTP alami lebih aman karena bebas bahan kimia ?
Semua makanan, apakah yang dipetik dari kebun (belum diolah) maupun yang
dibeli di supermarket (produk olahan) – tersusun dari senyawa kimia. Sebagai
contoh, vitamin C atau asam askorbat yang terkandung di dalam buah jeruk adalah
serupa struktur kimianya dengan yang ditemukan dan diproduksi di laboratorium.
Semua bahan baku yang ada di dunia ini terdiri dari susunan kimia yang
mengandung unsur atau komponen karbon, hidrogen, oksigen dan komponen lainnya.
Komponen-komponen ini terangkai sedemikian rupa menjadi protein, karbohidrat,
lemak, air, vitamin dan mineral seperti yang terkandung di dalam makanan. BTP
alami jika akan digunakan untuk proses produksi harus dimurnikan, dan hal
tersebut dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Dengan demikian pasti
terdapat residu kimia. Yang harus digaris-bawahi, gunakan BTP jika memang
diperlukan, gunakan sesuai dengan kebutuhan dan jangan melewati ambang batas
yang ditetapkan.
Resiko BTP
Pembelajaran tentang BTP secara benar diperlukan untuk produsen dan
konsumen. BTP bukan sesuatu yang harus ditakuti jika produsen dan konsumen mengikuti aturan yang telah ditetapkan
BPOM. BTP dapat menimbulkan resiko yang merugikan bagi kesehatan masyarakat
jika :
- Menggunakan BTP yang bersifat bukan untuk pangan (non food grade)
- Menggunakan takaran melebihi batas maksimum yang diizinkan Permenkes No. 722/MenKes/Per/IX/88 tentang BTP
- Menggunakan BTP secara tidak tepat
Bagaimana cara mengukur keamanan BTP ?
Evaluasi keamanan BTP didasarkan pada sejumlah kajian data toksikologi
(keracunan) yang diijinkan pada model hewan maupun manusia. Jika batas maksimum
BTP tidak memperlihatkan adanya efek racun, ini disebut “No Observed – Adversed
Effect Level” (NOAEL) dan digunakan untuk penentuan nilai “Acceptable Daily
Intake” (ADI). ADI adalah batas aman BTP yang boleh dikonsumsi setiap harinya di dalam diet
sepanjang waktu tanpa menimbulkan resiko kesehatan apapun.
1. BTP ANTIOKSIDAN
Antioksidan
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan, Antioksidan Adalah Bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau
menghambat oksidasi.
Antioksidan
adalah bahan tambahan yang digunakan
untuk melindungi komponen-komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai
ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak.
Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi
komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga banyak mengandung ikatan
rangkap di dalam strukturnya.
Adanya ion logam, terutama besi dan
tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini seringkali diinaktivasi
dengan penambahan senyawa pengkelat, dan dapat juga disebut bersifat
sinergistik dengan antioksidan karena menaikkan efektivitas antioksidan
utamanya.
Untuk dapat digunakan sebagai
antioksidan, suatu senyawa harus mempunyai sifat-sifat : tidak toksik, efektif
pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%), dapat terkonsentrasi pada
permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan harus dapat tahap pada kondisi
pengolahan pangan umumnya.
Berdasarkan sumbernya antioksidan
dapat digolongkan ke dalam dua jenis. Pertama,
antioksidan yang bersifat alami, seperti
komponen fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Kedua,
antioksidan sintetis seperti BHA (Butylated
Hydroxyanisole), BHT (Butylated
Hydroxytoluene), PG (Propil Galat),
dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone). Tabel 1 menunjukkan
komponen-komponen flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan beserta
sumbernya
BHA (Butylated Hydroanisole).
BHA merupakan campuran dua isomer, yaitu 2- dan
3-tertbutilhidroksianisol. Di antara
kedua isomer tersebut, isomer 3-tert memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
efektif dibandingkan isomer 2-tert.
Bentuk fisik BHA adalah padatan
putih menyerupai lilin, bersifat larut dalam lemak dan tidak larut dalam air.
BHT (Butylated Hydroxytoluene). Sifat-sifat BHT sangat mirip
dengan BHA dan bersinergis dengan BHA.
Propil Galat. Propil galat merupakan ester propanol dari
asam trihidroksi benzoat. Bentuk fisik
propil galat adalah kristal putih.
Propil galat memiliki sifat-sifat : (1) dapat bersinergis dengan BHA dan
BHT, (2) sensitif terhadap panas, (3) membentuk kompleks berwarna dengan ion
logam, oleh karenanya jika dipakai dalam makanan kaleng dapat mempengaruhi
penampakan produk.
TBHQ (Tertiary Butylhydroquinone).
TBHQ merupakan antioksidan yang paling efektif dalam minyak makan
dibandingkan BHA, BHT, PG dan tokoferol.
TBHQ memiliki sifat-sifat: (1) bersinergis dengan BHA (2) cukup larut
dalam lemak (3) tidak membentuk komplek dengan ion logam tetapi dapat berubah
menjadi merah muda, jika bereaksi dengan basa
Dosis pengunaan tiap-tiap antioksidan sintetik ini tidak
sama untuk masing-masing negara. Tabel 2
menunjukkan dosis pemakaian antioksidan BHA, BHT, Galat dan TBHQ di beberapa
negara
Jenis-jenis
Antioksidan
Jenis antioksidan yang diizinkan
digunakan dalam pangan terdiri dari:
a.
Ascorbic
Acid (Asam askorbat dan garamnya (natrium askorbat, kalsium askorbat, dan kalium askorbat))
b. Ascorbil palmitate (Askorbil
palmiat)
c. Ascorbil stearate (Askorbil
stearat)
d.
Erythrobic
Acid ((Asam eritrobat dan garamnya (natrium eritrobat))
e. Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) (Butil
Hidrokinon Tersier)
f.
Butylated
hydroxyanisole (BHA) (Butil Hidroksianisol)
g. Butylated hydroxy Toluene (BHT) (Butil
Hidroksitoluen)
h.
Propyl
gallate (Propil galat)
i.
Tocopherol (tokoferolcampuran
pekat, alfa tokoferol dan gama tokoferol), yang telah diyakini keamanannya.
j.
Dilauryl
Thiodipropionate (Dilauril Tiodipropionat)
k.
Stannous
Chloride (Timah II Klorida)
Tabel 1. Beberapa contoh komponen flavonoid yang
memiliki aktivitas antioksidan
Komponen
|
Sumber
|
Vitamin
Vitamin C
Vitamin E
|
Buah-buahan
& sayuran
Padi-padian,
kacang-kacangan dan minyak
|
Anthosianidin
Oenin
Cyanidin
Delphinidin
|
Anggur
(wine)
Buah
anggur, raspberri, strawberri
Kulit
buah aubergine
|
Flavo-3-ols
Quercertin
Kaempferol
|
Bawang,
kulit buah apel, buah berri, buah anggur, tea dan brokoli
Leek,
brokoli, buah anggur dan teh
|
Flavonone
Rutin
Luteolin
Chrysin
Apigenin
|
Bawang,
kulit buah apel, buah berri, buah anggur, tea dan brokoli
Lemon, olive, cabe merah
Kulit
buah
Celery
dan parsley
|
Flavan-3-ols
(Epi)catecin
Epigallocatecin
pigallocatecin gallate
Epicatecin gallate
|
Red/black
grape wine
Tea
Tea
Tea
|
Flavonone
Taxifolin
Narirutin
Naringenin
Hesperidin
Hesperetin
|
Buah
jeruk citrus
Buah
jeruk citrus
Buah
jeruk citrus
Jus Orange
Jus Orange
|
Theaflavin
Theaflavin
Theaflavin-3-gallate
Theaflavin-3’-gallate
Theaflavin digallate
|
Black
tea
Black
tea
Black
tea
Black
tea
|
Hydroxycinnamat
Caffeic acid
Chlorogenic acid
Ferulic acid
p-Coumaric acid
|
Buah
anggur putih, olive, asparagus
Buah
apel, pir, cherry, tomat dan peach
Padi-padian, tomat, asparagus
Buah
anggur putih, tomat, asparagus
|
Sumber : Rice-Evans et al. (1997)
2. BTP ANTI KEMPAL
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/ IX/88, anti kempal dapat
mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat
(susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja).
Fungsi Anti Kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat
mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan
yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan menjaga
agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free
flowing).
Mekanisme Kerja
Senyawa anti kempal biasanya
merupakan garam-garam anhidrat yang bersifat cepat terhidrasi dengan mengikat
air, atau senyawa-senyawa yang dapat mengikat air melalui pengikatan di
permukaan (surface adhesion) tanpa
menjadi basah dan menggumpal. Senyawa-senyawa tersebut biasanya adalah senyawa
yang secara alami berbentuk hampir kristal (near
crystalline). Senyawa anti kempal dapat digolongkan menjadi :
a. Garam (aluminium, amonium, kalsium,
potassium, dan sodium).
b.Kalsium posfat.
c. Magnesium oksida.
d.
Garam (magnesium, kaslium, dan campuran kalsium aluminium)
dari asam silikat.
Senyawa golongan 1, 2, dan 3 membuat
hidrat, sedangkan senyawa 4 dan 5 menyerap air. Senyawa anti kempal biasanya
dapat dimetabolisme atau tidak toksik pada tingkat penggunaan yang diizinkan.
Kalsium silikat banyak digunakan untuk menghindari penggumpalan baking powder dan mempunyai kemampuan
untuk mengikat air 2,5 kali dari beratnya. Selain mengikat air, kalsium silikat
juga dapat mengikat minyak dan senyawa-senyawa nonpolar lainnya.
Sifat inilah yang membuat kalsium
silikat banyak digunakan di dalam campuran-campuran yang mengandung bumbu,
terutama yang kandungan minyak atsirinya tinggi. Kalsium stearat sering digunakan
sebagai processing aid dalam
pembuatan permen keras (hard candy). Senyawa
anti kempal yang relatif baru dikembangkan adalah bubuk selulose berkristal
mikro (microcrystalline cellulose
powder). Senyawa ini banyak
dipakai untuk produk keju parut agar tidak membentuk gumpalan
Bahan-bahan makanan yang tergolong bahan anti kempal di
antaranya:
- Aluminium Silicate (Aluminium silikat)
- Calcium Aluminium Silicate (Kalsium aluminium silikat)
- Calcium Silicate (Kalsium silikat)
- Magnesium Carbonate (Magnesium karbonat)
- Magnesium Oxide (Magnesium oksida)
- Magnesium Silicate Magnesium silikat
- Sodium Alumino Silicate (Natrium alumino silikat)
- Myristic Acid, Palmitic Acid and Stearic Acid (Miristat, palmitat dan stearat)
- Silicon Dioxide amorpus (Silikon Dioksida Amorf)
- Cacium Phospate, Tribasic (Trikalsium fosfat)
- Magnesium Phospate, Tribasic (Trimagnesium fosfat)
3. BTP PENGATUR KEASAMAN
Defenisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/
Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pengatur keasaman adalah bahan
tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman makanan. Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan
mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium
sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam
tentrat, dan natrium bikarbonat.
Fungsi Asam, baik organik maupun anorganik, secara alami terdapat
di dalam bahan pangan. Keberadaannya beragam, dari sebagai metabolit antara
hingga sebagai komponen pendapar (buffering
agent). Asam seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan dan proses
pengolahan pangan.
Fungsinya
yang paling penting adalah sebagai senyawa pendapar. Asam dan garamnya sering
pula ditambahkan sebagai campuran pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa pengkelat. Asam berperan sangat
penting dalam pembentukan gel pektin, dapat bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu proses
denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-produk fermentasi
susu lainnya. Dalam proses pengolahan buah dan sayuran, asam sering ditambahkan
untuk menurunkan pH dan mengurangi kebutuhan panas selama proses sterilisasi.
Fungsi lain dari asam yang tak kalah pentingnya, tentu saja adalah
kontribusinya terhadap rasa dan aroma bahan pangan. Asam juga mempunyai
kemampuan untuk mengubah dan meningkatkan intensitas rasa dari komponen
citarasa lainnya. Asam lemak rantai pendek berkontribusi terhadap aroma
berbagai makanan.
Bahan-bahan yang tergolong pengatur keasaman di antaranya:
- Alumunium Amonium Sulfat
- Aluminium Natrium Sulfat
- Alumunium kalium Sulfat
- Amonium Bikarbonat
- Amonium Hidroksida
- Amonium Karbonat
- Asam Adipat
- Asam Asetat Glasial
- Asam Fosfat
- Asam Fumarat
- Asam Klorida
- Asam Laktat
- Asam Malat
- Asam Sitrat
- Asam Tartrat
- Diamonium Fosfat
- Dikalsium Fosfat
- Dinatrium Fosfat
- kalium Bikarbonat
4. BTP PEMANIS BUATAN
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan, Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan
rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
Yang
dimaksud dengan BTP Pemanis Buatan adalah BTP yang dapat menyebabkan rasa manis
pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori.
Bahan ini hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu.
Pemanis buatan pada awalnya diproduksi
komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita
Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya. Dalam
perkembangannya, pemanis buatan juga digunakan untuk meningkatkan rasa manis
dan citarasa produk-produk yang mengharuskan rasa manis dan di dalamnya sudah
terkandung gula. Ketentuan terkait pemanis buatan dikeluarkan BPOM berupa SK
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang
Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk
Pangan.
Peraturan Teknis ini terdiri dari :
a) Ketentuan Umum berisi definisi
dan informasi yang perlu diketahui.
b) Penggunaan Pemanis Buatan Dalam
Produk Pangan.
- Penggunaan Umum Pemanis Buatan.
- Penggunaan Pemanis Buatan Golongan Poliol.
- Persetujuan Penggunaan Pemanis Buatan.
- Larangan Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
c) Ketentuan Label.
d) Pengawasan dan Pembinaan.
e) Sanksi.
f) Ketentuan Peralihan.
Selanjutnya Peraturan Teknis ini
dituangkan dalam bentuk SNI 01-6993-2004.
Jenis
Pemanis Buatan
SNI 01-6993-2004 mengatur 13 jenis
pemanis buatan. Dalam hal ini, batas maksimum
penggunaan pemanis buatan dibuat per
katagori pangan
Tabel 1. Jenis BTP Pemanis Buatan beserta Nilai Kalori dan
ADI
No
|
Jenis
BTP Pemanis Buatan
|
Nilai Kalori
|
ADI*
Mg/kg
BB
|
|
Kkal/g
|
KJ/g
|
|||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
|
Alitam
Asesulfam-K
Aspartam
Isomalt
Laktitol
Maltitol
Manitol
Neotam
Sakarin
Siklamat
Silitol
Sorbitol
Sukralosa
|
1,4
0
0,4
≥2
2
2,1
1,6
0
0
0
2,4
2,6
0
|
5,85
0
1,67
≥8,36
8,36
8,78
6,69
0
0
0
10,03
10,87
0
|
0,34
15
50
tidak
dinyatakan karena termasuk Generally Recognized as Safe (GRAS)
tidak
dinyatakan karena termasuk GRAS
tidak
dinyatakan karena termasuk GRAS
tidak
dinyatakan karena termasuk GRAS
2
5
11
tidak
dinyatakan karena termasuk GRAS
tidak
dinyatakan karena termasuk GRAS
15
|
* ADI : Acceptable Daily Intake (Asupan harian yang dapat diterima) yaitu
istilah untuk menentukan jumlah maksimum suatu pemanis buatan yang dinyatakan
dengan mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
Pemanis
Non Kalori
Pemanis non kalori umumnya dibuat
dari bahan sintetis atau bahan kimia. Pemanis non kalori mempunyai kadar manis
yang kuat, jauh lebih kuat dari manis gula alami atau sukrosa. Beberapa pemanis
buatan yang masuk pada pemanis non kalori adalah :
a) Alitam (INS 956)
·
Memiliki rumus kimia (C14H25N3O4S.2.5H2O.)
·
Dibuat dari
sintesis asam amino L-asam aspartat dan Alanin.
·
Kadar manis 2.000 kali tingkat sukrosa.
b) Asesulfam-K (INS 950)
·
Memiliki rumus
kimia C4H4KNO4S.
·
Kadar manis 200
kali tingkat sukrosa
c) Aspartam (INS 951)
·
Memiliki rumus kimia C14H18N2O5.
·
Kadar manis 220 kali tingkat sukrosa
d) Siklamat (INS 952)
·
Memiliki rumus kimia C6H13NO3S.
·
Kadar manis 30 kali tingkat sukrosa.
e) Sakarin (INS 954)
·
Memiliki rumus kimia C14H8CaN2O6S2. 3H2O atau C7H4KNO3S.
2H2O atau C7H4NaNO3S. 2H2O
·
Kadar manis 300 sampai 500 kali tingkat sukrosa
f) Neotam (INS 961)
·
Memiliki rumus kimia C20H30N2O5
·
Kadar manis 7.000 sampai 13.000 kali tingkat sukrosa.
g) Manitol (INS 421)
· Memiliki rumus kimia C6H14O6.
·
Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari
hidrolisis pati.
· Kadar manis 0,7 kali tingkat sukrosa.
- Dapat menimbulkan efek laksatif jika dikonsumsi lebih dari 20 g/hari.
h)
Sorbitol (INS 420)
- Memiliki rumus kimia C6H14O6.
- Kadar manis 0,5-0,7 kali tingkat sukrosa.
- Dapat menimbulkan efek laksatif, jika dikonsumsi lebih dari 50 g/hari.
i)
Silitol (INS 967)
- Memiliki rumus kimia C5H12O5.
- Umum terdapat pada buah dan sayur.
- Kadar manis sama dengan sukrosa.
j) Laktitol (INS 966)
- Memiliki rumus kimia C12H24O11.
- Dibuat dari proses reduksi glukosa yang berasal dari disakarida laktosa.
- Kadar manis 0,3-0,4 kali tingkat sukrosa.
- Dapat menimbulkan efek laksatif jika dikonsumsi lebih dari 20 g/hari.
k) Isomalt (INS 953)
- Dibuat dari sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik, mengandung gluko-manitol dan gluko-sorbitol.
- Kadar manis 0,45-0,65 kali tingkat sukrosa.
l) Maltitol (INS 965)
- Memiliki rumus kimia C12H14C11.
- Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati.
- Kadar manis 0,9 kali tingkat sukrosa.
m) Sukralosa (INS 955)
- Memiliki rumus kimia C12H19Cl3O8.
- Kadar manis 600 kali tingkat sukrosa.
5. BTP PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Pangan, Pemutih dan pematang tepung adalah bahan
tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang
tepung sehingga dapat memperbaiki mutu
pemanggangan.
Bahan sekuestran seperti
asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), bisa menimbulkan gangguan pada absorpsi
mineral-mineral esensial seperti tembaga, besi, dan seng. Bahan tambahan
makanan yang digunakan untuk memperbaiki tekstur, yaitu karboksimetil selulosa,
epikklorohidrin, natrium dan kalsium karagenan, polieksietilen stearat,
saponin, dan natrium alginat.
Penggunaan karboksimetil
selulosa dapat menyebabkan gangguan pada usus, dan bersifat karsinogenik.
Saponin mengakibatkan efek pada masa kehamilan, dan gangguan darah. Karagen
bisa memicu luka pada hati, efek pada sistem imun, karsinogenik, dan
menyebabkan bisul pada perut. Penggunaan Epikklorohidrin secara berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, karsinogenik, dan bahkan efek perubahan
pada kromosom. Polieksietilen stearat dapat menyebabkan efek pada usus lambung
dan urin, seperti batu pada tumor, dan kandung kemih. Sedangkan penggunaan
natrium alginat dapat menyebabkan reaksi alergi dan penyerapan pada mineral
esensial.
Bahan-bahan yang
termasuk bahan pemutih dan pematang tepung di antaranya:
- Asam Askorbat
- Aseton Peroksida
- Azodikarbon Amida
- Kalsium stearoil
- Natrium Stearil Fumarat
- Natrium Stearoil
- L-Sisteina (Hidroklorida)
Beberapa bahan tambahan
makanan seperti pembentuk cita rasa seperti koumarin, safrol, minyak kalamus,
dan sinamil antranilat, semuanya dilarang. Masing-masing mempunyai daya
pengoksidasi yang tinggi, sehingga tidak bisa digunakan sebagai BTM mamin
berlemak, karena akan memicu ketengikan. Bahan
pemutih dan pematang yang diizinkan adalah asam askorbat.
6. BTP PENGEMULSI, PEMANTAP DAN
PENGENTAL
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan makanan, Pengelmulsi,
pemantap, dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu
terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
Emulsi
adalah suatu sistem yang terdiri dari
dua fase cairan yang tidak saling melarut, di mana salah satu cairan
terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya. Cairan yang
terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan
yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium dispersi
Istilah pengemulsi (emulsifier) atau surfaktan dalam
beberapa hal kurang tepat. Alasannya,
bahan ini dapat melakukan beberapa fungsi yang pada beberapa jenis
produk tidak berkaitan langsung dengan pembentukan emulsi sama sekali.
Fungsi-fungsi pengemulsi pangan dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan utama yaitu :
a.
Untuk mengurangi tegangan permukaan
pada permukaan minyak dan air, yang mendorong pembentukan emulsi dan
pembentukan kesetimbangan fase antara minyak, air dan pengemulsi pada permukaan
yang memantapkan antara emulsi.
b. Untuk
sedikit mengubah sifat-sifat tekstur, awetan dan sifat-sifat reologi produk
pangan, dengan pembentukan senyawa kompleks dengan komponen-komponen pati dan
protein.
c. Untuk memperbaiki tekstur produk
pangan yang bahan utamanya lemak dengan mengendalikan keadaan polimorf lemak.
Sistem kerja emulsifier berhubungan erat dengan
tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial). Selama
emulsifikasi, emulsifier berfungsi menurunkan tegangan interfasial sehingga
mempermudah pembentukan permukaan interfasial yang sangat luas. Bila tegangan interfasial turun sampai di
bawah 10 dyne per cm, maka emulsi dapat dibentuk. Sedangkan bila tegangan
interfasial mendekati nilai nol, maka emulsi akan terbentuk dengan spontan.
Berikut ini adalah contoh-contoh
emulsifier yang umum digunakan dalam bahan pangan :
a.
Mono dan Diglycerides,
dikenal
juga dengan istilah discrete substances.
Pertama kali dibuat oleh Berthelot
pada tahun 1853 melalui reaksi esterifikasi asam lemak dan glycerol. Mono dan diglycerides merupakan zat
pengemulsi yang umum digunakan.
Komponen-komponen ini dapat diperoleh dengan memanaskan triglyceride dan
glycerol dengan suatu katalis yang
bersifat basa. Reaksi ini akan
menghasilkan campuran yang terdiri dari ± 45 persen monogliserida dan ± 45 persen digliserida, serta ± 10 persen trigliserida bersama-sama
dengan sejumlah kecil gliserol dan asam-asam lemak bebas. Mono dan digliserida yang terbentuk kemudian
dipisahkan dengan cara destilasi molekuler.
Yang tergolong mono dan diglycerides antara lain:
·
Glycerol monolaurate, dibuat dari reaksi glycerol dan asam
laurat.
·
Ethoxylated mono dan diglycerides (EMG), juga disebut dengan polyoxyethylene
(20) mono dan diglycerides.
·
Diacetyl tartaric acid ester of monoglycerides (DATEM).
·
Lactic acid ester of monoglycerides, misalnya glyceril
lactylpalmitate.
·
Succinylated monoglycerides
b.Stearoyl Lactylates, merupakan hasil reaksi dari steric
acid dan lactic acid, selanjutnya diubah ke dalam bentuk garam kalsium dan
sodium. Bahan pengemulsi ini sering digunakan dalam produk-produk bakery.
c.
Propylene Glycol Ester, merupakan hasil reaksi dari
propylene glycol dan asam-asam lemak.
Umumnya digunakan dalam pembuatan
kue, roti dan whipped topping.
d.
Sorbitan Esters. Asam sorbitan yang terbentuk dari
reaksi antara sorbitan dan asam
lemak. Sorbitan adalah produk dihidrasi
dari gula alkohol yang dapat diperoleh secara alami yaitu sorbitol. Sampai saat ini hanya sorbitan monostearat,
satu-satunya ester sorbitan yang diizinkan digunakan dalam pangan. Bahan
tersebut umumnya digunakan dalam pembuatan kue, whipped topping, cake icing,
coffee whiteners, serta pelapis pelindung buah dan sayuran segar.
e.
Polysorbates.
Ester polioksietilen sorbitan umumnya disebut polisorbat. Ester ini dibuat dari reaksi antara
ester-ester sorbitan dan ethylene
oxide. Tiga jenis polisorbat yang
diizinkan untuk digunakan dalam pangan adalah polisorbat 60, Polisorbat 65,
polisorbat 80.
f. Polyglycerol Ester, dibuat dari
reaksi antara asam-asam lemak dan
glycerol yang sudah mengalami polimerisasi. Tingkat
polimerisasinya antara 2-10 molekul. Ester-ester poliglycerol digunakan
dalam pangan yang diaerasi mengandung lemak, beverage, icing, dan margarine.
g.Ester-ester
Sukrosa, adalah mono,
di dan triester sukrosa dan asam-asam lemak. Ester ini dihasilkan dari reaksi
sukrosa dan lemak sapi. Penggunaannya
dalam pangan umumnya pada pembuatan roti, produk tiruan olahan susu, dan whipped milk product.
h.Lecitin, adalah campuran fosfatida dan senyawa-senyawa
lemak yang terdiri dari fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil
inositoll, dan komponen-komponen lainnya.
Lesitin
merupakan bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman. Lecitin paling banyak diperoleh dari kedele
dan kuning telur. Biasanya digunakan
untuk emulsifier pada margarine, roti, kue dan lain-lain.
Algin
Algin merupakan
komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae)
yang diperoleh dengan cara melarutkannya dalam alkali larutan natrium karbonat.
Proses ini untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin dalam bentuk
garam kalsium atau asam alginat. Selain itu, produk sampingan terpenting
proses pemisahan Algin adalah propilen glikol alginat.
Algin
yang memiliki mutu food grade harus
bebas dari selulosa serta warnanya sudah dilunturkan. Fungsi algin dalam
industri pangan dianggap cukup penting, sebagai salah satu alternatif bahan
tambahan makanan yang halal. Fungsi algin pada prinsipnya dapat
menggantikan gelatin atau lemak hewan yang berfungsi sebagai
stabilizer-emulsifier dan pengental penstabil emulsi.
Algin
merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi. Kondisi ini
memberikan implikasi pada algin, yakni
mudah menyerap air. Inilah alasan
yang memungkinkan algin dijadikan
sebagai bahan pengental. Di samping proses pengentalan larutan itu
sendiri, algin juga dapat meningkatkan daya suspensi larutan tersebut
(stabilisator).
Pada sistem
yang lain, algin -- yang memiliki produk sampingan propilen glikol alginat
-- memiliki gugus hidrolik dan
lipofilik. Keadaan ini memungkinkan algin berfungsi sebagai pengemulsi
yang asli dengan sifat pengental yang kuat. Dengan sifat-sifat di atas, algin
digunakan dalam industri makanan pada produk:
a. Susu (es krim).
Dalam hal ini, algin berfungsi sebagai
stabilisator yang dapat menjaga keutuhan es krim dan membuahkan tekstur yang
halus. Selain itu mencegah timbulnya kristal es yang besar dalam produk
yang dihasilkan – sesuatu yang sangat
dihindari dalam pembuatan es krim. Algin juga digunakan sebagai stabilisator
pada produk susu lainnya, seperti susu
es (ice milk), milk shake mixes dan
sherbets, yoghurt, roti dan kue. Karena
sifatnya yang baik dalam menahan air (water holding capacity), algin dapat
mengatasi cepat mengeringnya produk pada keadaan udara berkelengasan
rendah. Algin dipergunakan pada roti dan kue dalam cake filling dan toppings, bakery
jellies, pie filling dan lain sebagainya.
b.Bumbu salad.
Propylen glikol alginat yang terdapat pada algin memiliki sifat selain sebagai
pengemulsi, juga sebagai bahan pengental. Karena itu, algin sangat tepat jika ditambahkan dalam produk french dressing. Adanya algin pada
produk tersebut akan membuat bumbu salad menjadi tahan lama dan tidak pecah,
baik disimpan pada suhu tinggi maupun suhu rendah.
c. Permen
agar-agar. Algin mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menahan air
yang baik. Penggunaan algin dalam
pembuatan permen agar-agar menjadikan
permen bersifat bening dan tahan lama serta memiliki tekstur yang empuk sampai
saat pengunyahan.
d.
Produk kalengan. Produk pangan yang dikalengkan,
biasanya mengandung cairan. Penambahan algin mengganti sebagian besar
pati pada produk pangan kaleng untuk mengurangi waktu proses pemanasan.
Pengurangan waktu proses pemanasan ini berkaitan dengan adanya ion kalsium pada
algin. Saat terjadi pemanasan, ion kalsium terhambat. Akibatnya,
larutan memiliki viskositas yang rendah. Setelah proses
pemanasan-sterilisasi selesai dan suhu diturunkan, ion kalsium bereaksi dengan
algin yang menyebabkan viskositas meningkat hingga mencapai kondisi yang diinginkan.
e. Karena memiliki
kandungan kalori yang rendah (1,4 kkal/gram) algin juga digunakan pada produk
pelangsing tubuh (dietetic foods).
Selain cocok untuk produk pangan, algin
juga dapat digunakan pada produk obat-obatan dan kosmetika. Sebagai
contoh untuk bahan suspensi, stabilisator dalam pembuatan salep dan sebagai
pengikat (binder) dalam pembuatan tablet.
Bahan penstabil dan pemekat
Kanji, dekstrin, pektin, amilosa,
gelatin, karagenan, dan turunan protein termasuk bahan penstabil dan pemekat.
Bahan-bahan tersebut memberikan kestabilan dan kepekatan kepada makanan
termasuk pembentukan gel seperti pada agar-agar. Makanan yang memerlukan
bahan-bahan ini antara lain pie, puding, minuman susu coklat, jeli, dan
dressing salad.
Bicara mengenai penstabil dan
pemekat, kita mungkin perlu memberikan perhatian lebih terhadap gelatin. Sumber
gelatin bisa hewan maupun tumbuhan. Gelatin diperoleh dari pemanasan kolagen
(diambil dari tulang dan tendon hewan) dalam air. Gelatin digunakan secara
meluas dalam industri makanan. Oleh karena itu konsumen perlu berhati-hati membeli makanan yang mempunyai gelatin pada
labelnya.
7.
BTP PENGAWET
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
makanan, BTP pengawet adalah bahan
tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
Proses pengawetan adalah upaya menghambat kerusakan
pangan dari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk yang mungkin
memproduksi racun atau toksin. Tujuan pengawetan yaitu menghambat atau mencegah
terjadinya kerusakan, mempertahankan mutu, menghindarkan terjadinya keracunan
dan mempermudah penanganan dan penyimpanan. Daya keawetan pangan berbeda untuk
setiap jenisnya. contohnya telur yang diawetkan dapat bertahan 1-2
bulan; daging yang dibekukan dapat awet 6-9 bulan; ikan asin sekitar enam
bulan; apel segar yang disimpan dengan kontrol atmosfer (dalam ruang pendingin
atau refrigerator/chiller pada temperatur 6-10 °C) dapat awet sekitar 3 bulan.
Secara umum metoda pengawetan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Penambahan BTP Pengawet
b. Pemanasan dengan suhu tinggi
(Pemanasan)
A. Metode Pengawetan dengan penambahan
BTP Pengawet.
Kondisi lingkungan yang beriklim tropis dan kelembaban
udara yang tinggi memungkinkan untuk tumbuhnya mikroba perusak makanan. Sesuai dengan
peraturan menteri kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 terdapat 26 jenis
pengawet yang diijinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan dan minuman.
Jenis pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan
terdiri dari asam asetat, kalsium asetat, natrium asetat, asam benzoat dan
garamnya (kalium benzoat, kalsium benzoat, dan natrium benzoat), asam propionat
dan garamnya (kalium propionat, kalsium propionat, dan natrium propionat), asam
sorbat dan garamnya (kalium sorbat, kalsium sorbat, dan natrium sorbat),
belerang dioksida dan garam sulfit (kalium bisulfit, kalium metabisulfit,
kalium sulfit, kalsium bisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, dan
natrium sulfit), p-hidroksibenzoat (etil p-hidroksibenzoat, metil p-hidroksibenzoat, dan propil
p-hidroksibenzoat), lisozim hidroklorida, nitrat (kalium nitrat dan natrium
nitrat), dan nitrit (kalium nitrit dan natrium nitrit).
Penggunaan pengawet
diatas diizinkan ditambahkan dengan jumlah tidak melebihi batas maksimum dan
sesuai dengan kategori pangan. Pada peraturan Permenkes tersebut juga
disebutkan 9 jenis bahan tambahan yang dilarang
digunakan dalam makanan diantaranya Asam Borat (Boric Acid) dan Formalin yang sering
disalahgunakan.
Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik
dalam bentuk asam atau garamnya. Setiap jenis bahan pengawet mempunyai
aktivitas dan keefektifan masing-masing dalam menghambat pertumbuhan bakteri,
khamir ataupun kapang.
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada yang
organik karena bahan ini lebih mudah dibuat dan dipakai dalam bentuk asam
maupun garamnya seperti asam sorbat, asam propionat, asam benzoat dan asam
asetat.
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah
sulfit, nitrat dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na,
atau K-sulfit, bisulfit dan metabisulft. Bentuk efektifnya sebagai pengawet
adalah asam sulfit yang tak terdisosiasi dan terutama terbentuk pada tingkat
keasaman (pH) dibawah 3.
a. Kajian Keamanan
Kajian keamanan
BTP pengawt mengacu kepada sumber lembaga-lembaga yang berwenang dan dapat
dipertanggungjawabkan seperti Codex
Alimentarius Commssion (CAC), Joint FAO/WHO Expert Committe on Food Additives (JECFA), Badan POM RI, US Food and Drug Adminsitration, Food Standard Australian and New Zealand (FSANZ) dan European Foods
Safety Authority (EFSA).
Berikut adalah beberapa kajian keamanan terhadap bahan
pengawet yang sering dipakai dalam produk makanan dan diketahui umum oleh
masyarakat :
Asam Benzoat
Asam benzoat
(C6H5COOH) dan garamnya merupakan bahan pengawet yang banyak digunakan secara luas pada bahan makanan yang bersifat
asam. Bahan ini efektif untuk mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri
pada tingkat keasaman pH 2.5 – 4.0. Asam
benzoat secara alami terdapat dalam tanaman rempah-rempah seperti cengkeh dan
kayu manis dan juga buah berry.
Dalam
the Journal of the American Chemical
Society di th 1954, Dr. W. H. Stein melaporkan bahwa benzoate secara
natural dimetabolisme dengan cepat dalam tubuh manusia, diserap oleh usus dalam
bentuk asam benzoate, dimetabolisme secara cepat dalam waktu 1 sampai 2 hari
dieksresi 80% melalui urine sebagai asam hipurat dan asam benzoil glukoronat (±
10%), 0.1% melalui paru-paru sebagai CO2
dan 2% tertinggal dikarkas.
US FDA (Food Drug Administration) memuat
pengawet benzoat dalam list sebagai kategori aman atau GRAS (generally recognized as
safe). Penggunaan pada produk makanan diperbolehkan tidak
melebihi dari 0.1% atau 1000 ppm.
JECFA FAO/WHO
terahir mengevaluasi asam benzoat dan garamnya pada tahun 2002 dan menyatakan
percobaan pada tikus dalam jangka panjang tidak menunjukan unsur penyebab
kanker atau efek karsinogenik.
Asam Propionat
Asam Propionat
(CH3CH2COOH) yang mempunyai struktur yang terdiri dari tiga atom karbon tidak
dapat dimetabolisasi oleh mikroba. Hewan tingkat tinggi dan manusia dapat
memetabolisasi asam propionate ini seperti asam lemak biasa. Propionat efektif
terhadap kapang dan beberap khamir pada makanan dan minuman dengan tingkat
keasaman pH diatas 5.
Asam Sorbat
Sorbat
digunakan terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri. Mekanisme asam sorbat dalam mencegah
pertumbuhan mikroba adalah dengan mencegah kerja enzim dehidrogenase terhadap
asam lemak. Struktur a-diena
pada asam sorbat dapat mencegah oksidasi asam lemak oleh enzim tersebut. Sorbat
lebih aktif pada makanan dengan tingkat keasaman diatas 6.5. Sorbat ditemukan secara
alami ditanaman buah beri dan dinyatakan sebagai aman (Generally Recognize as Safe) oleh US Food Drug Administration.
JECFA FAO/WHO terahir mengevaluasi asam
sorbat pada tahun 1973 dan hasil percobaan pada tikus dalam jangka panjang
tidak menemukan efek abnormalitas atau kematian. Banyak negara termasuk
Indonesia melalui Badan POM RI, Australia (Food
Standard Australian and New Zealand (FSANZ)) dan Malaysia telah mengatur
penggunaan asam sorbat tersebut.
B. Pengawetan dengan suhu tinggi (Pemanasan)
a. Pasteurisasi
Merupakan
proses pemanasan yang dapat membunuh atau memusnahkan sebagian tetapi tidak
semua mikroba yang ada pada pangan dengan menggunakan suhu di bawah 100°C.
Pemanasan dilakukan dengan uap air, air panas, panas kering dan arus listrik. Pesteurisasi dilakukan jika:
1) Pangan tidak
tahan terhadap panas tinggi.
2) Bertujuan untuk
membunuh mikroba patogen (penyebab keracunan yang berakibat fatal).
3) Bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan khamir.
4) Bertujuan agar
mikroba yang tidak dikehendaki mati
b.Sterilisasi
Adalah cara pengawetan dengan pemanasan produk pada
temperatur sangat tinggi. Produk disterilisasikan dengan menggunakan Ultra High Temperatur (UHT). Disini, produk
dilewatkan pemanas sampai suhu mencapai 141°C selama ±3 detik dan langsung
didinginkan kembali sampai suhu kamar. Produk yang sudah disterilisasikan
kemudian dipompa ke mesin pengisi dengan tetap dijaga kesterilisasiannya. Di
mesin ini, produk diisikan kedalam paper pack (kemasan kertas) atau botol
plastik khusus yang sebelumnya juga sudah diseterilisasikan. Paper yang sudah
berisi produk tadi lalu sealnya direkatkan dan papernya dipotong dan dibentuk
sesuai betuk kemasan Tetra Wedge oleh mesin pengemasan Tetra Wedge. Sedangkan
pada kemasan botol plastik (aseptic PET) segera ditutup dengan cap (Tutup
Botol) HDPE yang telah disterilasi. Sebelum dapat didistribusikan, produk
disimpan di ruang dengan ambient temparature (suhu ruang) selama
sekurang-kurangnya 14 hari. Jika dalam masa itu produk dapat bertahan selama 12
bulan dalam temperatur ruang. Namun jika sudah dibuka, maksimum dapat disimpan
pada 7 hari dalam pendingin dengan temperatur 4-6°C
c. Pengalengan
Pengalengan adalah proses pemanasan pangan menggunakan
wadah berupa botol, kaleng atau kemasan fleksibel. Proses terdiri dari
persiapan bahan, pemblansiran, pengisian bahan, “exhausting” atau pengusiran oksigen, penutupan kemasan dan
sterilisasi menggunakan gabungan cara pemanasan dan pH (keasaman) pangan.
Menurut pH, pangan dapat digolongkan menjadi pangan berasam rendah (pH >
4,5), pangan asam (pH 4,0-4,5) dan pangan berasam tinggi (pH < 4,0). Suhu
pemanasan bervariasi tergantung jenis pangan.
C. Pengawetan dengan suhu rendah dan Pembekuan
a. Penyimpanan Dingin
Dapat digunakan untuk menghambat
reaksi enzimatis dan pertumbuhan mikroba, dan banyak digunakan untuk telur,
daging, ikan/ kerang/ udang, sayuran dan buah-buahan. Suhu yang digunakan
berkisar 0°C – 5°C.
b.
Pembekuan
Pembekuan
penting agar pangan segar dapat awet lebih lama. Laju pembekuan
tergantung pada cara pembekuan (cepat atau lambat); suhu pembekuan; dan
sirkulasi udara dingin atau refrigerant.
Kristal es yang terbentuk lebih halus sehingga kerusakan pangan pada saat “thawing” atau pasca pembekuan dapat
minimalkan. Selain itu pertumbuhan mikroba dan reaksi enzimatik dapat dicegah
karena pembekuan menghambat pemadatan air lebih cepat.
c. Pengeringan
Pengeringan
adalah proses pengawetan dengan cara mengurangi kadar air bagi kehidupan
mikroba sangat minim sehingga tidak memungkinkan bagi mikroba untuk tumbuh. Ketersediaan air atau
aktivitas air untuk pertumbuhan mikroba berperan dalam pengawetan pangan.
D. Pengawetan dengan garam, gula dan asam
Penggaraman adalah pengawetan yang telah lama dilakukan
sejak jaman nenek moyang dengan menggunakan garam dapur (NaCl). Ikan dan
sayuran biasa diawetkan dengan penggaraman bahkan untuk ikan diikuti dengan
pengasapan. Kadar garam yang digunakan berkisar 6 sampai 20 persen.
Istilah penggaraman dikenal juga sebagai fermentasi garam
atau pengasinan. Pengawetan dengan gula atau sering disebut dengan manisan
biasa dilakukan untuk buah-buahan dan susu. Kadar gula berkisar 30 sampai 40
persen. Biasanya dikombinasikan dengan asam seperti asam cuka, asam sitrat,
asam asetat dan asam laktat. Asam mampu mencegah pertumbuhan mikroba dengan
cara menurunkan pH keasaman sehingga menyebabkan rusaknya dinding sel. Kadar
asam bervariasi tergantung jenis pangan, misal “pickles”/ asinan sekitar 25 sampai 30 persen.
8. BTP PENGERAS
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan
makanan, BTP pengeras adalah bahan
tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
BTP
pengeras atau firming agent dapat
diaplikasikan pada proses pembuatan acar ketimun, sayuran, buah dalam
kaleng, daging dan ikan dalam kaleng
serta jem dan jeli sehingga diharapkan
tekstur makanan tersebut masih tetap terjaga lebih renyah (crispy) dan tidak menjadi lunak selama proses.
Mekanisme Kerja.
Banyak penelitian tentang bagaimana
mempertahankan tekstur buah-buahan dan sayuran berkaitan erat dengan tinggi dan
rendahnya kandungan kalsium didalam sel-sel jaringannya. Semakin rendah
kandungan kalsiumnya, buah dan sayuran akan lebih cepat lunak dan layu.
Penambahan kalsium banyak
diaplikasikan pada buah dan sayuran sebelum dan sesudah panen untuk menunda
proses pematangan. Disamping itu, proses pengerasan dan ketahanan terhadap
proses pelayuan dihasilkan dari kestabilan sistem membran dan pembetukan
kalsium pektat (Ca-Pectates) yang akan menambah pengerasan pada dinding sel dan penguatan pada kulit buah dan
sayuran.
Salah satu bahan pengeras yang
diijinkan yaitu kalsium klorida dapat ditambahkan dengan kombinasi proses
pemanasan untuk buah dan sayuran dalam kaleng. Pada proses panas, molekul COO-
akan terbentuk dari pektin yang terkandung pada buah dan sayuran selanjutnya
dengan Ca2+ akan membentuk lapisan garam saling bersilangan. Lapisan
garam ini menyebabkan dinding sel buah akan terlindungi dari enzim-enzim yang
menyebabkan proses pelayuan dan matang.
Bahan-bahan tambahan makanan diijinkan sebagai bahan
pengeras diantaranya :
1. Aluminium Amonium Sulfat
2. Aluminium Kalium Sulfat
3. Aluminium Natrium Sulfat
4. Aluminium Sulfat (Anhidrat)
5. Kalsium Glukonat
6. Kalsium Karbonat
7. Kalsium Klorida
8. Kalsium Laktat
9. Kalsium Sitrat
10. Kalsium Sulfat
11. Monokalsium Fosfat
Kajian keamanan
Selain dijinkan
oleh peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), bahan pengeras diatas juga telah
dievaluasi masalah keamanannya oleh
CODEX – JECFA FAO/WHO. Kalsium Sulfat dalam US FDA juga dinyatakan sebagai aman atau Generally Recognize as Safe
(GRAS).
9. BTP BAHAN PEWARNA MAKANAN
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan, Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki
memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
Apakah bahan pewarna itu?
Secara teknis, bahan pewarna adalah
zat pewarna (dye), pigmen atau senyawa yang dapat menampilkan warna tertentu
jika ditambahkan atau digunakan dalam makanan, obat, kosmetik atau tubuh
manusia. Bahan pewarna yang diizinkan digunakan dalam makanan diklasifikasikan
menjadi:
·
Bahan pewarna buatan
Bahan
pewarna buatan perlu disertifikasi oleh pihak yang berwenang sebelum dapat
digunakan. Bahan pewarna buatan digunakan secara luas karena kekuatan zat
warnanya lebih kuat dibandingkan bahan pewarna alami. Karena
itu, bahan pewarna buatan dapat
digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Lagi pula, bahan pewarna buatan lebih
stabil, penampilan warna lebih seragam, dan umumnya tidak mempengaruhi rasa
makanan.
·
Bahan pewarna alami
Bahan
pewarna alami meliputi pigmen yang berasal dari bahan alami seperti tumbuhan,
mineral dan hewan, serta bahan yang
diproses oleh manusia yang bahan bakunya berasal dari bahan alami.
Mengapa bahan
pewarna digunakan dalam makanan?
Warna merupakan salah satu sifat penting makanan yang
dapat menambah selera makan. Beberapa alasan penambahan bahan pewarna dalam
makanan adalah:
- Mengurangi atau mencegah hilangnya warna makanan yang disebakan oleh adanya paparan sinar matahari, suhu yang ekstrem, kelembaban, dan kondisi penyimpanan.
- Memperbaiki perubahan warna bahan makanan yang terjadi secara alami.
- Memperkuat warna yang secara alami sudah ada.
- Memperkuat identitas makanan dengan warna.
- Melindungi flavor dan vitamin yang dapat dipengaruhi oleh sinar matahari selama penyimpanan.
- Memberikan penampilan makanan sesuai keinginan konsumen.
Menurut Winarno (1997) ada lima faktor yang dapat
menyebabkan suatu bahan berwarna yaitu :
a. Pigmen yang
secara alami terdapat pada hewan maupun tanaman.
b.Reaksi
karamelisasi yang menghasilkan warna coklat.
c. Reaksi Maillard yang dapat
menghasilkan warna gelap.
d.
Reaksi oksidasi.
e. Penambahan zat warna baik zat warna
alami (pigmen) maupun sintetik.
Dalam
proses pengolahan pangan, perubahan yang paling umum terjadi adalah penggantian
atom magnesium oleh atom hidrogen yang membentuk feofitin. Hal itu ditandai
dengan perubahan warna dari hijau menjadi coklat olive yang suram.
Mioglobin
dan hemoglobin ialah zat warna merah pada daging yang tersusun oleh protein globin dan heme yang
mempunyai inti berupa zat besi. Heme
merupakan senyawa yang terdiri dari dua bagian, yaitu atom zat besi dan suatu
cincin plana yang besar yaitu porfirin.
Porfirin tersusun oleh empat cincin pirol yang dihubungkan satu dengan
lainnya oleh jembtan meten. Heme juga disebut feroprotoporfirin. Baik
hemoglobin maupun mioglobin memiliki manfaat serupa, yaitu berfungsi dalam
transfor oksigen untuk keperluan metabolisme.
Karotenoid
merupakan kelompok pigmen berwarna kuning,
oranye, dan merah oranye yang terlarut dalam lipida (minyak). Bahan tersebut
berasal dari hewan maupun tanaman.
Misalnya fukoxanthin yang terdapat pada lumut; lutein, violaxanthin, dan neoxanthin pada
dedaunan; likopen pada tomat; kapsanthin pada cabe merah; biksin pada annatto; caroten pada wortel; dan astazanthin pada
lobster.
Anthosianin
dan anthoxanthin tergolong pigmen yang disebut flavonoid. Pigmen tersebut pada
umumnya larut dalam air. Anthosianin tersusun oleh sebuah aglikon berupa anthosianidin yang teresterifikasi
dengan molekul gula, bisa satu atau lebih.
Gula yang sering ditemukan adalah glukosa, ramnosa, galaktosa, xilosa
dan arabinosa. Anthosianin yang
mengandung satu molekul gula disebut monosida, dua gula disebut diosida dan
tiga gula disebut triosida.
Sedikitnya
ada enam jenis anthosianidin yang sering terdapat di alam dan penting
manfaatnya untuk makanan, yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin,
petunidin dan malvinidin. Semua
anthosianidin merupakan derivatif dari
struktur dasar kation flavilium.
Pada molekul flavilium terjadi subsitusi dengan molekul OH dan Ome untuk
membentuk anthosianidin.
Warna pigmen anthosianin merah, biru, dan violet. Pigmen
tersebut biasanya terdapat pada bunga-
buah-buahan dan sayur-sayuran. Warna
pigmen dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen, dan pH. Pada konsentrasi yang encer, anthosianin
berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi
biasa berwarna ungu. Pada pH rendah,
pigmen anthosianin berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet,
lalu menjadi biru.
Jenis BTP pewarna yang diperbolehkan
oleh Badan POM adalah sebagai berikut :
- Pewarna Alami
- Anato
- Beta-Apo-8’-karotenal
- Etil Beta-Apo-8’-karotenoat
- Kantasantin
- Karamel, amonia Sulfit proses
- Karamel
- Karmin
- Beta-karoten
- Klorofil
- Klorofil tembaga komplex
- Kurkumin
- Riboflafin
- Titanium dioksida
- Pewarna Sintetik
a. Biru
Berlian
b. Coklat
HT
c. Eritrosin
d. Hijau
FCF
e. Hijau
S
f. Indigotin
g. Karmosin
h. Kuning
FCF
i. Kuning
Kuinolin
j. Merah
Allur
k. Ponceau
4RTartrazin
10. BTP PENYEDAP RASA DAN AROMA, PENGUAT RASA
Definisi
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan Makanan, Penyedap rasa dan aroma, Penguat rasa adalah bahan tambahan
makanan yang dapat memberikan, menambahkan atau mempertegas rasa dan aroma.
Jenis penyedap rasa dan aroma
- Penyedap rasa dan aroma (flavor) terdiri dari 75 jenis. Ini dapat dilihat di PERMENKES No.722/Menkes/Per/IX/88. Contoh: Alil Isotiosianat, Alil Kaproat, Alil Sikloheksil, dan lain-lain.
- Penguat Rasa (flavor Enhancer) Contoh: Guanilat (garam kalium dan garam natrium), L-Glutamat (serta garam kalsium, garium kalium dan garam natrium), Inosinat (garam kalium dan garam natrium), kalium dan natrium Ribonucleotida.
Penyedap Rasa
Stimulan seperti kafein, pengawet makanan seperti natrium
benzoat, dibatasi penggunaannya. Pemakaian kafein yang berlebihan akan
merangsang system saraf pada anak-anak menyebabkan hiperaktif dan memicu kanker
pancreas. Sementara itu, didalam peraturan makanan dunia dan Indonesia,
Monosodium Glutamate (MSG) tidak ditetapkan batas konsumsi hariannya
(Acceptable Daily Intake Not Specified), karena aman untuk dikonsumsi bersama
makanan sehari.
Memang tidak
dipungkiri, kelezatan suatu hidangan dapat menambah gairah santap. Berbagai cara
pun dilakukan untuk menghasilkannya. Salah satu di antaranya dengan menambahkan sedikit bahan penyedap
rasa instan. Penyedap rasa instan ini mudah didapat, harganya pun murah. Hal
itu sering membuat kita lupa, ada zat apa
di balik penyedap makanan tersebut? Sebenarnya kelezatan suatu hidangan tidak
hanya diperoleh dari bahan penyedap rasa saja, tetapi dapat juga diperoleh dari
bahan-bahan makanan yang masih segar dan bermutu baik. Dari semua zat
penting dalam makanan, Glutamate merupakan salah satu komponen utama yang
memberikan rasa lezat pada makanan.
Apa sih Glutamate itu?
Glutamate adalah asam amino (amino acid) yang secara
alami terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya,
keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Glutamate juga diproduksi oleh tubuh
manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Berdasarkan penyelidikan dengan radioisotope, seorang
dewasa dengan berat badan 70 kg, menyimpan sekitar 1,5 kg glutamate didalam
berbagai organ tubuh, seperti, otot, hati, jantung, ginjal, kulit dan
lain-lain. Selain itu, tubuh orang dewasa ini juga harus memproduksi sekitar 40
g Glutamate bebas setiap hari terlepas dari cukup atau tidaknya asupan
glutamate didalam makanan hariannya.
Kalau begitu Monosodium Glutamate itu
apa?
Monosodium Glutamate adalah zat penambah rasa pada
makanan yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet
atau gula tebu. Ketika MSG ditambahkan pada makanan, dia memberikan fungsi yang
sama seperti Glutamate yaitu memberikan rasa sedap pada makanan. MSG sendiri
terdiri dari air, sodium dan Glutamate.
Apakah kandungan sodium pada MSG
tinggi?
Tentu saja tidak. Kandungan sodium pada MSG tidak tinggi,
hanya satu sampai tiga persen sodium. Sedangkan sodium pada garam dapur
jumlahnya lebih banyak. Perbandingan jumlah sodium pada MSG dan garam dapur
adalah (13% : 40%).
Apakah MSG mempunyai efek negatif
terhadap tubuh ?
Tidak. Akhir
1960-an, berdasarkan laporan pribadi, MSG diisukan menyebabkan reaksi negative
terhadap tubuh yang dinamakan Sindrom Restoran Cina. Kemudian di awal 1970-an,
berdasarkan suatu penelitian dengan menyuntikan MSG dosis tinggi ke mencit, MSG
juga diisukan merusak otak. Isu-isu negative ini mendorong banyak penelitian
dilakukan terhadap MSG oleh ilmuwan Internasional. Hasil penelitian mereka
menyebabkan Komite Ahli Gabungan BTP FAO/WHO menyimpulkan penggunaan MSG adalah
aman dan batas konsumsi hariannya tidak perlu ditetapkan. Sementara itu
penelitian-penelitian tersebut juga mendorong US FDA untuk mempertahankan
status MSG sebagai BTP yang umumnya diakui aman (Generally Recognized as Safe) yang
ditetapkan sejak tahun 1958
Apakah ada bahan pengganti lainnya agar
masakan terasa sedap?
Ada. Selain
menggunakan bahan makanan yang bermutu baik dan masih segar, kita dapat
menggunakan bahan-bahan lain seperti kecap, terasi, saos ikan, saos tomat dan
keju untuk menimbulkan rasa gurih di dalam makanan. Namun demikian, bahan-bahan lain tersebut juga
menimbulkan rasa lain selain rasa gurih, seperti rasa asin, rasa ikan, rasa
tomat dan rasa keju. Sedangkan MSG hanya menimbulkan hanya rasa gurih
Sejarah ditemukannya MSG
Pada tahun 1908, seorang ilmuwan berkebangsaan Jepang
yang bernama Profesor Kikunae Ikeda dari Universitas Tokyo telah berhasil
menemukan rasa yang sangat unik pada gugusan glutamate. Rasa ini sangat gurih bila digunakan dalam
proses pembuatan berbagai masakan. Dan
ternyata rasa gurih itu disebut dengan nama Monosodium Glutamate (MSG).
Dahulu MSG
dibuat dari hidrolisa gluten,
sejenis protein dalam tepung gandum. Di Indonesia MSG dibuat dari bahan alami, yaitu tetes tebu (cane molasses) yang
merupakan hasil sampingan dari penggilingan gula atau dari tepung singkong yang
banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra dan daerah lainnya. MSG
dibuat melalui proses fermentasi atau lebih dikenal dengan istilah peragian.
Amankah MSG untuk dikonsumsi ?
Karena bahan baku MSG terbuat dari bahan baku yang alami
, yaitu dari tetes tebu, sudah barang tentu MSG sangat aman di konsumsi oleh
manusia. Malahan banyak negara yang Sumberdaya Manusianya hebat, seperti
Jepang, Cina, Korea, Taiwan dan lainnya, justru mereka mengkonsumsi MSG yang
jumlahnya jauh lebih tinggi dari penduduk Indonesia. Pemerintah Amerika mengakui
keamanan MSG dan memasukannya dalam daftar GRAS (Generally Recognized as Safe).
Asam Glutamat merupakan
salah satu dari 20 asam amino yang terdapat pada protein dan MSG
merupakan garam sodium atau natrium dari asam glutamate. MSG memberikan rasa
gurih dan nikmat pada berbagai macam masakan. Penambahan MSG ini membuat
masakan seperti daging, sayur, sup terasa lebih nikmat dan gurih. MSG dijual
dalam bentuk murni, misalnya dengan merek dagang SASA, AJI-NO-MOTO, MIWON,
MI-PUNG, INDO-MOTO, INTI-MOTO dan lain-lain. Dan dalam bentuk campuran dengan bahan-bahan lain
seperti MASAKO, ROYCO, LEZZAA, SAJIKU, MamaSuka.
Banyak produk makanan siap
saji, makanan beku maupun makanan kaleng juga mengandung MSG. Selain lada dan
garam, botol berlabel penyedap rasa yang mengandung MSG juga dapat dengan mudah
ditemukan di rak bumbu dapur dan di atas meja restoran. MSG tidak hanya
digunakan di dalam masakan Cina, tetapi juga di dalam masakan Indonesia dan
masakan lainnya. Glutamat baik yang terkandung di dalam makanan maupun yang
terkandung pada MSG berguna bagi tubuh sebagai sumber energi dan dapat
merangsang sekresi lambung untuk proses pencernaan yang baik.
Keluarga asam alfa Ketoglutarat
terdiri dari asam glutamat, Proline, Lysine dan Arginine. Asam alfa
Ketoglutarat melalui aminasi reduktif bisa menjadi asam glutamat atau melalui
transaminasi menjadi Lysine. Selanjutnya asam glutamat melalui siklisasi
spontan bisa menjadi Proline atau melalui asetilasi menjadi Arginine.
Terbentuknya asam alfa Ketoglutarat dan asam glutamat bisa menjadi bolak-balik
sesuai kebutuhan badan.
Kadar MSG yang diperlukan untuk
membuat rasa gurih pada masakan biasanya sekitar 0,2 % sampai 0,8 %. Karena MSG
bersifat self limiting, penggunaan MSG yang berlebihan pada masakan tidak diperlukan, karena kelebihan
menggunakan MSG akan mengganggu cita rasa makanan itu sendiri, dengan kata
lain, makanan menjadi tidak enak. Sama halnya dengan garam dapur atau gula,
orang akan menggunakan gula atau garam dapur menurut seleranya dan akan
membatasi penggunaanya apabila terlalu manis atau terlalu asin.
11. BTP PENGIKAT LOGAM
Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP sekuestran adalah
bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan.
Mekanisme Kerja
Logam terdapat dalam bahan alami dalam bentuk senyawa
kompleks misalnya Mg dalam klorofil, Fe sebagai feritin, rufin, porfirin, serta
hemoglobin; Co sebagai vitamin B12; Cu, Zn dan Mn dalam berbagai enzim. Ion-ion
logam ini dapat terlepas dari ikatan kompleknya karena proses hidrolisis maupun
terdegradasi. Ion logam yang bebas mudah bereaksi dan mengakibatkan perubahan
warna, ketengikan, kekeruhan dan perubahan rasa. Sekuestran akan mengikat ion
logam sehingga menjaga kestabilan bahan.
Sekuestran yang
paling sering digunakan dalam bahan makanan adalah asam sitrat dan turunannya,
fosfat dan garamnya serta etilendiaminatetraasetat (EDTA). Penambahan
sekuestran pada sayuran dapat melepaskan ion kalsium dari pektin dinding sel sehingga menyebabkan
sayuran menjadi lunak.
Bahan-bahan
tambahan makanan diijinkan sebagai bahan sekuestran oleh peraturan menteri
kesehatan PERMENKES no. 722/Men.Kes/IX/88
diantaranya :
Asam fosfat,
asam sitrat, dikalium hidrogen fosfat, dinatrium difosfat, dinatrium edetat
(EDTA), dinatrium fosfat, isopropil sitrat, kalium pirofosfat, kalium
polifosfat, kalium polifosfat, kalium tripolifosfat, kalsium dinatrium edetat
(EDTA), kalsium sitrat, monogliserida sitrat, monokalium fosfat, mononatrium fosfat,
natrium pirofosfat, natrium fosfat, natrium sitrat, natrium tripolifosfat,
oksistearin, stearil sitrat, trikalsium fosfat, trinatrium fosfat.
No comments:
Post a Comment